

Data Personal
- Tempat/Tgl Lahir :
- Purwosari, 21-05-1977
- Agama :
- ISLAM
- Jenis Kelamin :
- L
- Status Perkawinan :
- KAWIN
Keluarga
- Nama Istri/Suami :
- Rismawaty
- Jumlah Anak :
- 2 Anak
Fraksi & Daerah Pemilihan
- Fraksi :
- Fraksi Gerindra
- Daerah Pemilihan :
- BATHIN SOLAPAN
Posisi di Komisi
- Nama Komisi :
- Komisi II
- Jabatan :
- Anggota
Posisi di Badan Kelengkapan
- Nama Badan :
- Badan Anggaran (Anggota)
Jabatan di Badan Publik
- Jabatan :
Jabatan di Komisi Publik
- Jabatan :
Riwayat Pendidikan
- 1. SDN
2. SMP
3. SMEA
Riwayat Pekerjaan
- 1.
Kepala Desa Petani Tahun (2009-2013)
2. Anggota DPRD Bengkalis (2014-2019)
3. Anggota DPRD Bengkalis (2019-2024)
Riwayat Organisasi
- 1. Ketua harian
ikatan Keluarga Jawa Riau (IKJR) Kecamatan Mandau
2. Ketua Puja Kesuma Kabupaten Bengkalis
Biografi
- Berhenti dari kepala desa kendati masih menyisakan masa jabatan 1,8 bulan, rasa-rasanya bukan sebuah keputusan mudah. Apalagi berhenti tanpa meninggalkan jejak luka di tengah masyarakat. Bukan hanya sebuah keputusan yang tidak mudah, tapi juga berani dan nekat. Pasalnya, jalur yang dipilih untuk karier selanjutnya adalah menjadi anggota DPRD. Sebuah spekulasi nekat, karena harus bertarung dengan puluhan bahkan ratusan calon lain untuk memperebutkan jabatan itu. Artinya, sama sekali tidak ada jaminan bisa terpilih. Ya, hidup memang penuh spekulasi, tapi harus tetap dengan perhitungan matang.
Begitu kata Ketua Harian Ikatan Keluarga Jawa Riau (IKJR) Kecamatan Mandau, Rianto yang kini kali kedua duduk sebagai anggota DPRD Bengkalis periode 2019 -2024. Jika dipikir-pikir, sayang meninggalkan jabatan kepala desa di era sekarang ini. Bukan hanya soal besarnya wewenang dan adanya wilayah kekuasaan, anggaran yang diplot untuk desa juga tidak sedikit. Ada dana ADD, UED/SP, Inbup-PPIP dan lainnya, jadi banyak hal yang bias dilakukan untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat terutama di desa yang dipimpin. Cara pandang ayah Tasya Anjasmara dan Harry Murtinotonegoro ini ternyata jauh melapaui itu.
Tidak hanya berpikir untuk kemajuan masyarakat Desa Petani, Kecamatan Mandau yang dipimpinnya kala itu, tapi juga untuk masyarakat yang lebih luas lagi. “Saya ingin pengabdian yang saya berikan tidak sebatas untuk masyarakat Desa Petani, tapi jauh lebih luas dari itu. Saya ingin berkontribusi lebih besar untuk masyarakat Kabupaten Bengkalis,” sebut poitisi PAN ini.
Keinginan terjun di kancah politik yang levelnya lebih tinggi memang muncul dari pribadinya. Keinginan itu kemudian mendapat respon yang sangat baik dari masyarakat Desa Petani, terlebih selama ini belum ada satu orangpun warga Desa Petani yang duduk sebagai anggota DPRD Bengkalis. Kendati begitu, dirinya tetap harus meyakinkan keluarga, istri dan kedua orang tuanya. Diakui, daripihak keluarga terutama istri dan kedua orang tuanya, sempat ragu atas keputusannya tersebut. Namun kemudian mereka bisa mendukung setelah menerima alasan-alasan yang disampaikan suami Rismawaty ini.
“Wajar kalau pihak keluarga ada yang kurang sependapat, selain jabatan Kades masih lama, pilihan saya ini juga tidak lantas saya peroleh, harus berjuang terlebih dahulu. Tapi alhamdulillah, keluarga akhirnya sepakat dan mendukung saya,” sebut pria kelahiran Purwosari 1977 silam. Rianto menjatuhkan pilihan kepada Partai Amanat Nasional (PAN) untuk menerajut impiannya. Baginya, partai besutan Prof Amin Rais itu cocok dengan semangat dan idealisme dirinya. Hasilnya, pada Pemilu Legislatif 2014 mengantarkan dirinya bersama kader PAN yan lain, Andriyan Prama Putra dan Saiful Ardi dari Dapil Mandau.
Beda di awal dirinya duduk sebagai anggota DPRD Bengkalis, ternyata jauh berbeda dengan jabatan yang pernah dipegangnya saat menjadi kepala desa. Menjadi kepala desa adalah top manajer. Akan berhasil apabila mampu memenej Pemerintahan Desa, merangkul semua komponen masyarakat. Menjadi anggota DPRD ternyata memang tidak semudah apa yang dibayangkan, seringkali beradu argumen dengan pemerintah bahkan rekan sejawat untuk memperjuangkan apa yang menjadi aspirasi konstituen.
“Kalau dibilang agak kaget, ya kaget jugalah. Tapi saya sudah punya modal dasar ketika 4 tahun saya menjadi kepala desa. Untuk lebih memahami tugas pokok dan fungsi saya sebagai anggota DPRD, saya harus banyak belajar, bertanya dan membaca. Alhamdulillah di tahun pertama saya sebagai anggota DPRD, saya tidak begitu kewalahan bahkan saya dipercaya sebagai Ketua Komisi III,” papar Rianto. Dua Sisi Mata Uang Rianto memandang eksekutif dan legislatif bagaikan dua sisi mata uang, keduanya sama penting dan sama dibutuhkan. Jika salah satu sisi merasa paling hebat dengan ego keangkuhannya, maka perjalanan atau roda pembangunan akan timpang. Legislatif dengan tiga fungsi yang melekat (legislasi, penganggaran dan pegawasan), harus berjalan sesuai jalurnya.
Selama anggota dewan berjalan sesuai koridor dalam menjalankan fungsinya, maka tidak alasan bagi eksekutif untuk menafkan atau mengabaikannya. Karena fungsi itu pula, politikus yang sekarang berada di komisi II ini, dia tak segan melemparkan komentar-komentar menggigit ketika melihat ada ketimpangan atau hal-hal yang menurutnya perlu mendapat respon segera. Hanya memang, komentar-komentar atau teguran melalui media massa maupun saat paripurna disampaikan dalam retorika mengajak, mengingatkan, mendesak bukan karena ego pribadi apalagi untuk menjatuhkan.
“Misalnya, ketika terjadi keterlambatan proses tender atau serapan anggaran yang minim, padahal kita sudah masuk triwulan ketiga. Atau hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat banyak, maka saya merasa harus berbicara, mengingatkan, karena barangkali ada pihak yag abai tentang hal itu,” kata Rianto.
Apa yang disampaikannya itu bagian dari menjalankan fungsi dewan, yakni fungsi pengawasan tidak lebih dari itu. Itulah mengapa ketika banyak pihak bertanya, apakah dirinya tidak takut menyampaikan keritik dan saran, karena yang dikritik Pemerintah Daerah, dimana Bupatinya adalah pimpinan partai tempat dirinya bernaung.
“Saya hanya menjalankan salah satu fungsi saya sebagai wakil rakyat, yakni pengawasan. Ketika kita lihat ada kelalaian yang harus kita ingatkan, ya kita sampaikan, baik itu melalui media maupun lewat hearing atau paripurna. Jika kita semua memahami fungsi kita masing- masing, saya yakin akan terbangun sinergi yang kuat,” sebutnya.
Sikap kritis dan tegas memang sudah mengakar dalam diri anak pasangan Adi Suroso dan Katini ini, hal itupun dilakukannya ketika dirinya masih menjabat kepala desa. Sifat dan sikap itu terbawa saat dirinya menjadi wakil rakyat, tak heran komentar-komentar keras tapi santun sering muncul di sejumlah media lokal bahkan nasional. Bagi Rianto, menyampaikan pendapat dan berkomentar melalui media, baik koran maupun televise bukan hal yang aneh atau asing. Saat dirinya masih menjabat kepala desa sudah sering diwawancari wartawan televisi dan koran dari Pekanbaru, baik melalui hubungan telepon atau wawancara langsung.
“Bukan bermaksud apa, tapi sejak saya masih menjadi kepala desa, saya memang sudah akrab dengan dunia wartawan. Komentar saya sudah sering muncul di koran dan media televisi, karena dulu ada beberapa pristiwa yang terjadi di Desa Petani. Karena saya pimpinan di sana, maka saya sering diwawancara. Belajar dari itu, salah satu upaya saya menjalankan fungsi pengawasan, ya melalui media ini,” ujar Rianto.
Terlepas dari semua itu kata Rianto, dirinya ingin terbangun sinergi yang kuat antara anggota DPRD dengan Pemerintah Daerah. Kedua lembaga ini harus saling mengisi tidak mengedepankan ego masing-masing, merasa yang paling besar dan benar. Jika boleh memisalkan, dalam roda pemerintahan ada dua bangunan, yakni banggunan politik dan banggunan ekonomi. Membangun dua bangunan ini harus seirama, politik harus dibangun dengan baik dan santun, begitu juga bangunan ekonomi, harus sama-sama diperjuangkan. Jika kedua bangunan ini berjalan masing-masing, niscaya akan terjadi ketimpangan dan tujuan yang ingin dicapai tidak akan maksimal.
Terlebih katanya, di tahun kedua nanti, masih banyak hutang politik yang harus dibayar. Banyak aspirasi masyarakat yang harus diperjuangkan, tidak hanya untuk masyarakat desa Petani, tapi juga untuk masyarakat Kabupaten Bengkalis, atau paling tidak untuk masyarakat daerah pemilihannya.
“Sebagai kader PAN, saya tetap istiqomah menjalankan aturan partai, yakni berpolitik tanpa gaduh. Mudah-mudahan ke depan, apa yang menjadi tujuan dan cita-cita kita bersama membawa daerah ini ke puncak kejayaan akan tercapai. Amin,” harap Rianto.***